Mondok itu sistem pendidikan terbaik
Alasan mengapa kamu harus mondok !
Ya, mungkin kamu adalah salah satu
siswa yang males mondok. Itu sama seperti aku dulu semaasa kecil. Emang kenapa
sih harus mondok ? istimewanya itu dimana ?. Ada satu istilah “kamu tidak akan
tahu rasanya gula kalau kamu tidak pernah mencobanya”. Dalam bayangan kita,
gula itu manis rasanya. Kok tahu manis ? padahal belum merasakan gula.
Coba deh lihat orang-orang di
sekeliling kita. Di jalan, kampus, di tempat keramaian-keramaian. Tidak ada
satupun yang tidak jual minuman yang rasanya manis. Nah sama dengan anggapanmu
melihat pondok pesantren. Belum masuk saja, kita sudah mendeskripsikan kalo
pondok itu isinya hanya ngaji, sekolah, ngaji lagi, tidur, ngaji lagi. Terus
kapan mainnya ? benar-benar membosankan !
Ditambah lagi mondok itu jauh dari
era digital. Tidak boleh membawa hp, laptop, dan hal lainnya yang berhubungan
dengan arus listrik. Sungguh jenuh sekali tempat seperti ini. Waaah.. semudah
ini kah kita meggambarkan pola kehidupan dipondok yang kita sendiri belum
pernah terjun didalamnya.
Mungkin penyakit ini yang membuat anak-anak termasuk saya tidak pernah betah dipondok. Karena pada awalnya saja sudah pintar mendeskripsikan bagaimana lingkungan pesantren itu seolah-olah benar adanya penjara suci yang hanya memerintahkan ngaji saja.
Tidak kawan ! apapun yang belum
pernah kita coba jangan mudah mempersepsikan bagaimana situasi kondisi yang ada
disana. Tidak usah jauh-jauh ke lembaga pesantren, aku saja yang sampai saat
ini tidak merokok sama sekali tidak tau rasanya rokok. Yang aku rasakan hanya asap-asap yang
berkeliaran sehingga terbayang dalam pikiran sata bahwa merokok mungkin rasanya
manis, atau malah pahit, atau apalah semua itu hanya satu kata “kemungkinan” so
simple bukan ?
Nah, saya akan mengungkapkan
bagaimana dan mengapa kamu perlu atau bahkan harus mondok !
#Pengalaman sangar bukan sekedar
kebiasaan
Saya sendiri tidak tahu kata apa yang
pas untuk mewakili opini saya. Sangar bukan berarti kejam. Sangar disini saya
artikan betapa banyaknya santri yang beragam yang datang dari berbagai penjuru
sudut kota, desa, dan tempat lainnya yang tidak bisa kamu temukan. Loh kok bisa
? keinginan kita terbayar dengan tuntas ketika ingin bertemu atau sekedar ingin
melihat orang yang jauh dari tempat kita.
Saya pernah bermimpi bahwa
orang-orang yang ada dilayar televisi kelak bisa kutemui. Tapi apalah dayaku
yang termasuk orang status menengah kebawah. Mungkin saja kalo kita punya
banyak kocek bisa dengan mudah menuruti nafsunya yang hanya sekedar keinginan.
Tapi tidak dengan ku. Saya masih ingat betul semasa saya duduk dibangku TK/RA
saya hanya diberi uang jajan sebesar Rp. 100 dan itu sudah cukup untuk membeli
es campur segelas dan cilok seplastik. Setiap hari setiap sekolah saya hanya
diberi jumlah nominal yang mungkin sudah tidak ada artinya.
La terus apa hubungannya dengan
mondok ?
Ketika saya sudah mulai memasuki
dunia pesantren yang saat itu baru lulus MI. Cakrawala mulai terbuka perlahan
demi perlahan dan benar-benar merasakan bagaimana dunia pesantren tergambar.
Tidak hanya sekedar angan-angan lagi. Kali ini saya melihat bahwa apa yang
sudah teramsusikan jauh berputar 180 derajat.
Ternyata pesantren yang saya tempati
sudah cukup modern. Fasilitas didalamnya sangat memadai. Dan saya langsung
membuat asumsi baru bahwa mungkin pesantren-pesantren lainnya pun demikian.
Yaah... bagaimana aku tidak berpendapat demikian, baru datang saja aku disuguhi
dengan orang-orang yang datang dari berbagai suku.
Selain itu aku disambut dengan tarian
sufi khas turki serta marching band yang sedang tampil tepat dihalaman pondok.
Sungguh keren sekali. Sesuatu yang tak pernah ku lihat sebelumnya
disekolah-sekolah.
Disana saya bertemu dengan
orang-orang yang dari berbagai penjuru wilayah yang masing-masing mempunyai
sifat yang berbeda-beda. Aku sendiri berasal dari provinsi Lampung, tapi saya
keturunan orang Jawa. Bapak dan Ibuku pun orang Jawa meskipun kedua orang tuaku
dan aku khususnya lahir di tanah Lampung.
Namun satu pertanyaan yang tidak
pernah mampu aku jawab ketika aku mondok, terlebih pada sesion perkenalan.
“Kamu Jawa nya Jawa mana?” sampai sekarang pun aku belum tahu jawabannya hehe..
ini adlaah ungkapan yang wajar ketika merantau ke tanah jawa sedang kita sudah
mampu berbahasa Jawa. Tentu membuat heran orang yang memang dari kecil sudah
hidup di Jawa. Barangkali ini adalah transmigran pikirku tidak panjang.
Pengalaman pertamamu ketika mondok
adalah bertemu denga mereka yang berbeda suku denganku. Agak sulit rasanya.
Kadang-kadang sedih juga. Karena untuk adaptasi saja setidaknya aku harus nyari
orang yang sama dengan sifatku. Walapun begitu, tetap saja bahasa Indonesia
adalah bahasa yang aku gunakan untuk ngobrol sama teman-temanku.
Dari sini juga aku mulai tahu
bagaimana tingkah laku mereka yang mungkin menurut ku sebagai orang Jawa itu
adalah perlakuan yang kasar. Akupun sempat menjastis orang-orang yang seperti
ini. Mengingatkan bahasa mereka yang terlalu kasar. Terlebih ini di pesantren !
Namun anggapan saya yang salah
kaprah. Ternyata memang setiap suku mempunyai romantisme dan kemesrasaan bahasa
tersendiri. Sok tahu ya aku hehe... tapi ini;ah pengalaman pertama yang aku
alami yang nggak ada duanya di pondok. Makanya aku sendiri menyebutnya ini
perlakuan yang sangar tapi sebenarnya maksudnya sopan.
#Teman baru, Ilmu baru, dan
Pengalaman baru
Alaah... kalau cuma teman baru tanpa
harus mondok pun bisa dicari ! Tenangkan dirimu kawan. Teman-teman dipesantren
itu sudah pasti mendapat label santri. Bayangkan jika kamu tidak mondok.
Meskipun santri itu bisa disebut untuk mereka yang belajar ilmu agama, tetapi
tetap saja rasanya kurang afdhol kalau belum merasakan lingkungan pesantren.
Tentu secara spiritual santri tidak
bisa disamakan dengan diksi yang sekedar pelajar, atau siswa. Karena santri
sendiri sudah merangkap keduanya. Mempraktikkan akhlakul karimah, berlajar
bagaimana menyambut tamu, menghormati orang lain, dan bersikap tawadu’.
Semuanya berjalan tidak hanya sekedar teori. Namun praktik yang benar-benar
real nyata adanya.
Semata-mata praktik akhlak yang
dilakukan tidak pada dasar perintah. Namun tercipta dari pola budaya pesantren
dan kebiasaan santri yang sudah membudaya dan mendarah daging ditempatnya.
Kebiasaan-kebiasaan ini muncul karena pola yang sudah melekat dan tersusun
sehingga kesan utamanya tetap membawa santri merasa senang dan tidak tertekan.
Bahkan mereka tidak sadar bahwa
kebiasaan yang dibangun oleh pengurus pondok membawa keranah positif yang dapat
membawanya kedalam kebaikan.
Dulu semasa di pesantren, teman saya
yang bernama Hasan pun mengalami demikian. Ia menceritakan bahwa lika-liku
pesantren itu pasti ada. Namun keistimewaan dan keindahan sikap para guru tidak
ada duanya. Ia merasakan ketika awal masuk pesantren, seluruh santri baru putra
diwajibkan untuk potong rambut sampai gundul. Tak tersisa sehelai rambut
kepala.
Tentu ini sangat menyiksa dan beranggapan
yang tidak-tidak kepada dunia pesantren ini. Namun proses ini tidak hanya
sekedar mencukur rambut kepala. Melainkan agar rambut baru kita tumbuh
dilingkungan pesantren dengan berbagai kebiasaan yang baik.
Nah.. sekarang tahu kan..? hal-hal
sepele yang dilakukan ternyata mengandung hikmah yang sangat besar. Tidak hanya
teman dan ilmu baru. Disini kita akan tahu dengan apa yang namanya hikmah.
#Membanggakan orang tua
Siapa yang bilang bahwa prestasi
merupakan satu-satunya instrumen terpenting untuk membanggakan orang tua.
Secara nalar memang benar. Tapi cobalah untuk mencoba berlari merasapi lebih
dalam lagi. Oranng tua kita akan merasa nyaman dan aman kalau anaknya hidup
dipesantren.
semua kelakuan kita mulai dari
akhlak, tingkah laku, prestasi, hingga berbagai macam yang bersifat materil dan
imateril tanggung jawabnya dilimpahkan kepada pihak pesantren. Orang tua mana
yang tidak bangga anaknya dijaga dari pergaulan-pergaulan diluar batas
kewajaran.
Maka pesantren inilah satu-satunya
kebanggaan orang tua. Bukan begitu bukan ? Tentu tidak hanya sebagai santri
yang berkewajiban menuntut ilmu. Lebih-lebih menjadi insan dan cendekiawan yang
diharapkan oleh masyarakat dan bangsa tentunya.
#Perpaduan ilmu agama dan sains
Nah! Ini satu-satunya yang wajib kamu
tahu kalo dipesantren itu lebih keren dan asyik. Mungkin ada benar nya bahwa
cerita-cerita orang dahulu tentang pesantren hanya terbatas dengan ilmu-ilmu
agama saja.
Heyy lihatlah... semakin berjalannnya
arus globalisasi dan berkembangnya teknologi. Pesantren pun terus menciptakan
inovasi-inovasi bentuk dan jenis pembelajaran sesuai kebutuhan santri modern
saat ini. Santri-santri dahulu ketika mempelajari ilmu Qawaid al-Nahwiyah
membutuhkan banyak waktu dan sampai bertahun-tahun. Namun tidak untuk era sekarang.
Sudah banyak metode cara mudah dan cepat mempelajari ilmu nahwu. Pesantren
inilah salah satu lembaga yang dapat menjamin itu semua.
Selain dari pada gurunya nya yang
‘alim. Ilmu-ilmu yang beliau ajarkan dapat dipertanggung jawabkan kesahihannya.
Manfaatnya pun dapat dirasakan ketika kita sudah mengamalkan ilmu tersebut
nantinya. Mencari pengetahuan lewat internet itu lebihh mudah dan gampang!
Apakah kita bisa menjamin kebenarannya ? Nah... meskipun era ini sangat mudah.
Guru tetaplah acuan utama para santri dalam menuntut ilmu. Sedangkan internet
hanya pengetahuan sampingan saja.
Internet ? memang santri boleh bawa
ponsel ?
Sejauh pengalaman saya, santri sangat
dilarang membawa ponsel. Kecuali mahasiswa yang memang sudah saatnya butuh
untuk keperluan kuliah dan lain-lain. Termasuk saya yang berkali-kali membawa
ponsel dan akhirny disita juga hehe.. kenapa kok tidak boleh ? percaya atau
tidak, benda yang satu ini diklaim sangat mengganggu proses belajar mengajar.
Itulah mengapa santri dilarang membawa ponsel.
Dari mana kita bisa internetan ?
Seperti yang saya katakan diatas
bahwa pesantren itu terus berkembang seiring berkembangnya zaman. Model
bangunan pesantren yang dulu yang hanya tercipta dari kumpulan bambu runcing,
kini berdiri mewah dan megah. Jelas tersedia wifi sebagai sarana santri untuk
mencari informasi baru diluar pesantren.
Jadi tidak ada kata gaptek
didalamnya. Nah yang lebih keren lagi, penggunaan internet yang dibatasi secara
bijak oleh pesantren melalui lab komputer sehingga tidak mengganggu proses
belajar belajar dipondok.
Dari ilmu teknologinya saja kita
sudah difasilitasi dengan tempat yang aman dan nyaman apalagi dengan kurikulum
pembelajaran pesantrennya. Selain ilmu agama, kita juga mendapatkan ilmu sains.
Hampir seluruh pesantren di Indonesia sudah dilengkapi dengan lembaga
pendidikan formal. Jadi selain berbekal ilmu agama yang kuat. Kita juga dapat
menuntut ilmu dilembaga formal seperti MI/MTs/Ma maupun SMP/SMA.
So, jangan kuatir lagi untuk tidak
mengenal dunia formal. Bagaimana sudah tergambar bukan? Nah, segera
mencobalah.. pesantren era sekarang sudah banyak menerima jenjang pendidikan.
Termasuk mahasiswa perkuliahan. Oke?
Posting Komentar untuk "Mondok itu sistem pendidikan terbaik"